
Perempuan Bisa Berkarier di Industri Sawit dengan Aman, Ini Buktinya!
KELAPA sawit merupakan salah satu industri yang memiliki peran strategis bagi perempian nasional. Mulai dari menyumbang pendapatan devisa negara, juga penyerapan tenaga kerja yang tidak sedikit, 16 juta lebih pekerja terlibat di industri sawit dan rantai pasoknya.
Memang belum ada data pasti, dari 16 juta lebih pekerja di industri sawit berapa persen perempuan. Namun faktanya tidak sulit menemukan perempuan bekerja atau berkarier di berbagai tingkatan di industri sawit, sekaligus membuktikan perlindungan terhadap hak-hak pekerja perempuan di perkebunan sawit berjalan baik.
Salah satu perempuan yang nyaman berkarier di industri sawit adalah Noviska Miranti. Perempuan cantik berusia 19 tahun kelahiran Musi Rawas, Sumatera Selatan ini adalah Mandor Rawat Chemist di PT Sumber Kharisma Persada (SKP), pengelola perkebunan sawit di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kalimantan Timur. SKP adalah anak usaha dari PT Astra Agro Lestari (AAL).
Jika dibayangkan sambil menunggu waktu berbuka puasa, tentu suatu yang tidak mungkin sedang terjadi. Seorang perempuan muda bekerja di perkebunan sawit, dan kebun itu sangat jauh dari tempat kelahiran. Lahir di Sumatera Selatan, kerja di kebun di Kalimantan Timur. Lalu mengapa darah cantik ini bekerja dengan tenang dan aman?
Lahir di Musi Rawas, Sumatera Selatan pada 24 November 2005, Noviska tumbuh dalam lingkungan keluarga yang memiliki kebun kelapa sawit, namun orang tuanya tidak memiliki pengalaman bekerja di industri tersebut. Karena itu, Noviska ingin memahami dunia kelapa sawit lebih dalam dengan memilih jurusan pembibitan kelapa sawit di Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY-STIPER), yang memberikannya kesempatan mengenal dan masuk industri kelapa sawit Indonesia.
Kampusnya bekerja sama dengan berbagai perusahaan kelapa sawit, termasuk Astra Agro Lestari untuk program magang. Saat pertama kali mengikuti rekrutmen, namanya tidak tercantum masuk daftar peserta yang lolos. Kesempatan kedua datang melalui rekrutmen tambahan, dan menjalani masa magang selama tiga bulan. Saat magang berakhir, Noviska mendapatkan tawaran lanjut bekerja atau pulang, dan tanpa ragu Noviska memilih tetap berakier di industri kelapa sawit.
Sebagai mandor rawat chemist, Noviska bertanggung jawab mengawasi dan mengoordinasikan perawatan tanaman kelapa sawit agar pertumbuhannya optimal. Mulai dari mengawasi penyemprotan herbisida hingga memastikan pemupukan berjalan sesuai standar, semua dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
Noviska memimpin tim kecil yang terdiri dari tiga perempuan lainnya, memastikan setiap pekerjaan dilakukan dengan aman, efektif, dan sesuai prosedur perusahaan. Keselamatan tim dan dirinya sebagai perempuan tentu menjadi perhatian. Pengecekan peralatan dan kesehatan semua anggota adalah kewajiban sebelum memulai bekerja. “Keselamatan dan kesehatan adalah prioritas utama. Tidak ada pekerjaan yang lebih penting dari kesehatan para pekerja,” katanya.
Noviska merupakan salah satu bukti bahwa industri sawit tidak seperti anggapan banyak pihak bahwa perkebunan sawit hanya cocok untuk laki-laki. Padahal di lapangan, tidak ada batasan gender dalam hal kemampuan dan kesempatan.
“Siapa pun bisa bekerja di industri ini, asalkan memiliki sikap yang baik dan konsisten dalam menjalankan tugasnya. Perempuan juga memiliki peran penting, terutama dalam hal pemeliharaan bibit, penyemprotan herbisida, dan pemupukan karena ketelitian yang kami miliki (perempuan),” ujarnya.
Bekerja di mana pun termasuk industri sawit tentu memiliki tantangan. Namun Noviska dan banyak perempuan lain yang sudah terjun di industri sawit sudah merasakan dan percaya, perempuan bisa berkarier hingga menduduki jabatan penting di perusahaan perkebunan.
“Sebagai mandor perempuan, saya menghadapi tantangan baik secara fisik, mental, dan budaya. Namun, jika diberikan kesempatan yang sama, kami juga mampu menunjukkan bahwa perempuan bisa memimpin dan merawat perkebunan dengan baik,” katanya.
Suka duka dalam pekerjaannya tentu selalu ada. Tantangan fisik juga menjadi bagian dari pekerjaan, terutama saat harus berhadapan dengan medan yang berat dan cuaca ekstrem. Meski demikian, Noviska tetap berkomitmen untuk melanjutkan kariernya, bahkan setelah menikah dan memiliki anak nanti.
Komitmen Perlindungan Perempuan dan Ramah Anak
Menurut Ricky Oktavianus, Administratur PT SKP, industri perkebunan kelapa sawit sering kali dikaitkan dengan pekerjaan fisik yang identik dengan kaum laki-laki. Namun, hal tersebut tidak berarti bahwa perempuan tidak bisa meraih prestasi dan menjadi pemimpin. Perempuan juga memiliki potensi serta keterampilan luar biasa untuk berkontribusi dalam sektor ini.
“Sebagai bentuk kepedulian terhadap keberagaman dan inklusivitas, Astra Agro berkomitmen untuk mendukung peran perempuan, termasuk membuka kesempatan bagi mereka untuk menjadi pemimpin,” kata Ricky kepada sawit Indonesia.
Astra Agro dan perusahaan perkebunan anggota GAPKI lainnya berpegang teguh pada prinsip hak asasi manusia dan kesetaraan gender, dengan fokus utama pada perlindungan perempuan dan anak. Hal ini tertuang jelas dalam buku panduan praktis “Perlindungan Hak-Hak Pekerja Perempuan di Perkebunan Sawit” dan buku “Sawit Indonesia Ramah Anak.”
Kedua buku panduan merupakan inisiatif GAPKI yang disusun bersama sejumlah pihak seperti serikat buruh dan NGO yang konsens mengenai perlindungan hak buruh. Pada buku panduan tentang perlindungan hak-hak pekerja perempuan, terdapat serangkaian panduan mulai dari adanya komitmen perusahaan, pembentukan komite gender, komunitas perempuan dan keterbukaan kesempatan perempuan menduduki posisi pengambil kebijakan.

