News

Kesadaran K3 Pekerjaan Seumur Hidup

INDUSTRI sawit menjadi salah satu penopang ekonomi Indonesia yang menghasilkan devisa hingga Rp600 triliun pada 2023. Industri penghasil minyak nabati paling banyak digunakan secara global ini, harus diakui menyerap banyak tenaga kerja hingga belasan juta orang.

Menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAKPI), serapan tenaga kerja di industri sawit Indonesia mencapai 16,2 juta orang. Klaim dari asosiasi pengusaha yang berdiri untuk memperjuangkan dan mengadvokasi industri kelapa sawit ini tentu bukan bualan. Sebagian besar warga di sekitar perusahaan terserap di perkebunan, baik secara langsung maupun di rantai pasok minyak sawit.

Tentu yang menjadi kekhawatiran banyak pihak akan risiko bagi pekerja mulai dari kesejahteraan, upah yang layak, pekerja anak dan perempuan. Itu tentu menjadi perhatian terutama bagi pelaku industri sawit. Karena isu keberlanjutan sudah menjadi keniscayaan yang tidak dapat dihindari.

Seperti isu K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja. K3 menjadi poin penting dalam ISPO dan RSPO, sertifikat internasional yang menunjukkan bahwa minyak sawit yang dihasilkan berasal dari perkebunan yang berkelanjutan.

Ketua APINDO Sumsel, Sumarjono Saragih  dalam diskusi santai Forum K3 Sumbagsel, di Gardenta Resto Palembang, Jumat (17/01/2025) mengatakan, perlindungan terhadap pekerja di semua industri terutama sawit harus ditanamkan secara berkelanjutan. Karena itu, Sumarjono menyatakan dukungan terhadap upaya revitalisasi Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Provinsi (DK3P) Sumatera Selatan (Sumsel) yang telah vakum selama 15 tahun terakhir.

Keberadaan DK3P dinilai penting untuk meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di wilayah Sumsel.  “Kesadaran akan K3 tidak bisa hanya sekali kerja selesai tetapi seumur hidup urusannya. Hari ini sadar, patuh, besok belum tentu. Maka itu perlu keberlanjutan dan pondasinya adalah kelembagaan yang kuat seperti DK3P,” kata Sumarjono.

Sumarjono juga menyoroti perlunya perlindungan khusus bagi pekerja perempuan di perkebunan sawit. “Melindungi pekerja perempuan berarti berkontribusi pada generasi emas di masa depan,” katanya.

Diskusi santai ini dihadiri Prof. dr. Tan Malaka, MOH., DrPH., SpOK., HIU sebagai tokoh K3 Nasional asal Sumsel, Ketua DPW PAKKI (Perkumpulan Ahli Keselamatan Konstruksi Indonesia) Sumsel Irfa Qodri, perwakilan dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sumsel Sahadi, serta akademisi dan profesional bidang K3 di Sumsel.