News

Produksi dan Ekspor Sawit Lesu, Apa yang Sedang Terjadi?

PRODUKSI minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mengalami penurunan cukup tajam hingga 10,55 persen ke angka 3.876 ribu ton pada Desember 2024. Pada November, produksi CPO nasional masih mencapai 4.333 ribu ton. Begitu pun secara tahunan, produksi CPO dan PKO 2024 anjlok 3,80 persen dari  54.844 ribu ton pada 2023 menjadi 52.762 ribu ton di 2024.

Penurunan juga terjadi pada ekspor. Secara tahunan terjadi penurunan ekspor sebesar 2.680 ribu ton yaitu dari 32.215 ribu ton pada tahun 2023 menjadi 29.535 ribu ton pada 2024. Penurunan terbesar terjadi untuk tujuan China sebesar 2.381 ribu ton, dan India 1.136 ribu ton. Nilai ekspor 2024 adalah US$ 27,76 miliar (Rp 440 triliun), lebih rendah 8,44% dari 2023 sebesar US$ 30,32 miliar (Rp 463 triliun). Penurunan nilai ekspor terjadi untuk semua jenis produk kecuali oleokimia, meskipun dari dari segi harga FOB rata-rata dalam US$/ton semua produk mengalami kenaikan. Sementara stok CPO dan PKO di akhir tahun 2024 sebesar 2.577 ribu ton, lebih rendah 18,06% dari stok akhir 2023 sebesar 3.145 ribu ton.

Kondisi berbeda dari sisi konsumsi yang justru mengalami kenaikan terutama untuk pangan, biodiesel dan oleokimia. Secara total tahun 2024, konsumsi tahun 2024 sebesar 23.859 ribu ton yang 2,78% lebih tinggi dari konsumsi tahun 2023 sebesar 23.213 ribu ton.

Dengan mempertimbangkan kecenderungan produksi dan konsumsi dalam negeri khususnya kebijakan penggunaan biodiesel serta mempertimbangan kecenderungan harga serta suplai dan demand minyak nabati dunia, produksi minyak sawit Indonesia diperkirakan mencapai 53,6 juta ton, konsumsi diperkirakan mencapai 26,1 juta ton termasuk untuk biodiesel B40 sebesar 13,6 juta ton. Dengan perkiraan tersebut ekspor diperkirakan akan turun menjadi 27,5 juta ton yang lebih rendah dari ekspor tahun 2024 sebesar 29,5 juta ton.

 

Apa yang Sedang Terjadi di Industri Sawit Indonesia?

Sajian data yang menunjukkan penurunan produksi dan ekspor sawit harus menjadi perhatian pemangku kepentingan, agar tidak terus terjadi. Industri sawit nasional memiliki kontribusi besar terhadap penerimaan devisa negara dan penyerapan hingga 16,2 tenaga kerja. Jika industri ini tidak baik – baik saja, akan semakin banyak hal yang turut lesu.

Terdapat dua faktor yang memicu produksi sawit Indonesia turun, yakni dampak el nino tahun dan tanaman menua. “(Penurunan) ini banyak dipengaruhi el nino tahun lalu yang berdampak pada produksi. Kemudian ada tanaman menua,” ujar Sekjen GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), Hadi Sugeng, seperti dilansir bisnis.com pada Kamis (6/3/2024).

Produksi minyak sawit nasional harus ditingkatkan agar dapat terus berkontribusi terhadap perekonomian negara dan penyerapan tenaga kerja. Peningkatan produksi sangat erat kaitannya dengan peningkatan produktivitas pekerja atau buruh yang dipastikan akan tercapai dengan jaminan hak-hak dan kesejahteraan pekerja baik laki-laki maupun perempuan terjaga.